Langsung ke konten utama

makalah metodologi study islam misi ajaran islam




MAKALAH

MISI AJARAN ISLAM

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah METODOLOGI STUDY ISLAM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Jurusan Perbankan Syariah
Dosen Pengampu : NUR KHAFIFAH, M. Pd



Disusun Oleh :

Putri Nur Hidayah                  : 1804101072
Resta Wahyu Prianti               : 1804101078
Bella Kartika                           : 1802090000

            Kelompok : VII

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI METRO FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
                                                                         
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan Karunia, Rahmat, dan Hidayah-Nya yang berupa kesehatan, sehingga makalah yang berjudul ‘Empirisme dan Rasionalisme’ dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun sebagai tugas kelompok mata kuliah ‘METODOLOGI STUDY ISLAM’. Kami  berusaha menyusun  makalah ini dengan segala kemampuan, namun kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan baik dari segi penulisan maupun segi penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima dengan senang hati demi perbaikan makalah selanjutnya.
Terlepas dari itu semua, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan dari segi susunan kaliamat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami  menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami  dapat memperbaiki makalah ini.





Metro, 25 Oktober  2018


KELOMPOK VII     




DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.............................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................
BAB 1  PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang............................................................................
1.2    Rumusan Masalah.......................................................................
1.3    Tujuan Penulisan ........................................................................
BAB  II  PEMBAHASAN
        2.1 Misi Ajaran Islam
        2.2 Problematika Misi Ajaran Islam
        2.3 Solusi Problematika Misi Ajaran Islam
BAB III PENUTUP
         3.1  Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
                




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG


1.2  BATASAN MASALAH
Dalam pembuatan makalah ini, kami memiliki beberapa tujuan, adapun tujuanya sebagai berikut :
1.2.1        Tujuan dari Misi Ajaran Islam
1.2.2        Apa saja permasalahan (problematika) Misi Ajaran Islam
1.2.3        Jalan Keluar (solusi) dari masalah Misi Ajaran Islam

1.3  TUJUAN MASALAH
1.3.1        Untuk memenuhi tugas dan sarat mengikuti mata perkuliahan Tuhid dan Ilmu Kalam di Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negri Metro tahun 2018.
1.3.2        Untuk menambah pengetahun tentang Misi Ajaran Islam.
1.3.3        Untuk menambah ilmu pengertahuan tentang permasalahan Misi Ajaran Islam dan Solusi dari permasalahan Misi Ajaran Islam.  









BAB II
PEMBAHASAN

2.1 MISI AJARAN ISLAM
           Terdapat sejumlah argumentasi yang dapat digunakan untuk menyatakan bahwa misi ajaran islam sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam. Argumentasi tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut.
           Pertama, bahwa untuk menunjukan bahwa islam sebagai pembawa rahmat dapat dari pengertian islam itu sendiri. Kata islam makna aslinya masuk dalam perdamayan, dan orang muslim iyalah orang yang damai dengan Allah dan damai dengan manusia. Dengan demikian artinya berserah diri sepenugnya kepada kehendaknya, dan damai dengan manusia bukan hanya kehendaknya, dan bukan berati menyingkirkan berbuat jahat dan sewenang-wenang kepada sesamanya. Dua pengertian ini dinyatakan pada Al-Qur’an Al-Karim sebagi inti agama Islamyang sebenarnya.


“(Tidak demikianlah) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhanya dan tidak ada kekwatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS.AL-Baqoroh,2:112).
           Dengan demikian, dari sejak semula, islam adalah agama perdamayan, dan dua ajaran pokoknya, yaitu ke-Esaan Allah, dan kesatuan atau persaudaraan umat manusia, menjadi bukti yang nyata bahwa Agama islam selaras benar dengan Namanya. Islam bukan saja dikatakan sebagai Agama melainkan juga tunduk kepada undang-undang Allah. [1]
           Arti islam yangluas ini tetap dipertahankan dalam penggunaan kata itu dalam hukun syara, karena islam mengandung arti dua macam, yaitu :
1.   Mengucap kalimat syahadat (yaitu mengatakan Tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah Utusan Allah).
2.   Berserah diri sepenuhnya kepadakehendak Allah, yakni hanya dapat dicapai melalui penyempurnaan rohani.

2.2  Problematika Misi Ajaran Islam
Misi ajaran Islam sebagai pembawa Rahmat dapat dilihat dari peran yang dimainkan Islam mengenai berbagai Problematika Sosial, Ekonomi, Politik, Hukum, Pendidikan, dan Kebudayaan. Yang digambarkan dalam Al-Qur’an dalam Surat Al-Isra.17:13.

Artinya :
Telah tampak kerusakan di dalam dan di luar laut disebabkan karena perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
     Dalam keadaan Dunia yang demikian itulah Nabi Muhammad SAW. Membawa ajaran Islam yang didalamnya bukan hanya mengandung ajaran tentang Akidah atau hubungan manusia dengan Tuhan, melaikan juga hubungan dengan sesama manusia dan Alam semesta.
A.    Dalam bidang Sosial
Ialah keadaan masyarakat terbagi-bagi ke dalam kelas sosial atau kasta yang dibedakan berdasarkan Suku Bangsa, Bahasa, Warga Kulit (hitam dan putih), Harta Benda, Jenis kelamin, dan sebagainya. Dengan sistem kelas yang demikian, maka tidak akan terjadi Mobilitas Vertikal, yang didasarkan pada prestasinya masing-masing[2]. Seseorang yang berasal kelas sosial yang rendah selama-lamanya akan berada dalam kelas sodial yang rendah. Keadaan yang demikian itu mirip dengan keadaan yang ada di Indonesia sebagaimana dijumpai pada sistem kesultanan atau kerajaan, kaum ningrat atau yang biasa disebut dengan Darah Biru. Perbedaan kelas sosial yang lebih parah lagi terlihat pada kaum Wanita yang dianggap sebagai kelompok manusia yang derajatnya lebih rendah, bahkan tidak dihargai. Dalam suatu kelompok tertentu, kaum Wanita itu ada yang dikubur hidup-hidup, karena merasa hina mendapatkan keturunan Wanita. Selain itu kelas sosial juga ditandai oleh adanya majikan dan budak atau praktek perbudakan dan jual beli manusia.

B.     Dalam bidang Ekonomi
Ialah ditandai oleh, praktek mendapatkan uang dengan segala cara, seperti riba, mengurangi timbangan, menipu, memonopoli, kapitalisme, dan sebagainya. Keadaan yang demikian itu pada giliranya membawa mereka yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Persaingan yang tidak sehat terjadi diantara mereka, Manusia sudah menjadi budak dari harta benda.

C.     Dalam bidang Politik
Ialah pada masa itu ditandai oleh pemerintahan yang diktator, otoriter, dan tirani. Segala sesuatu yang menyankut kehidupan masyarakat hanya ditentukan oleh pemerintah. Kehendak pemerintah merupakan keputusan yang harus dilaksanakan tanpa kompromi[3]. Karena demikian besarnya kekuatan pemerintah, maka dengan mudah ia menindas dan memeras rakyat dengan pajak dan cukai yang di luar batas kemampuan. Lebih dari itu rakyat yang penuh penderitaan itu dibebani pula dengan kewajiban bela Negara dan melaksanakan pekerjaan yang sifatnya memaksa. Di antara penguasa yang sedang memerintah pada masa kedatangan Islam adalah Rumawi dan Persia. Kedua Bangsa tersebut senantiasa terjadi konflik untuk merebutkan wilayah jajahan. Di antara wilayah yang menjadi jajahan adalah Yaman, suatu Negri yang menjadi pusat Agroindustri yang didukung oleh waduk ma’rib dengan Ratunya Bilkis dan kerajaan yang bernama Saba. Kerajaan ini pernah mengalami puncak kejayaan sehingga dilikiskan oleh Al-Qur’an sebagai Baldatun thayyibatun wa robbun ghofur (Negri indah permai di bawah ampunan Allah).
       Karena makmurnya Negri Saba ini maka kedua kerajaan Rumawi dan Persia memperebutkan daerah tersebuat. Mereka masing-masing membangun koloni di sekitar daerah tersebut, ketika wilayah tersebut di kuasai oleh kerajaan Rumawi dengan panglimanya Abrahah, ia berusaha merebut Mekkah dengan menghancurkan Ka’bah sebagai lambang keagungan Tuhan dan sekaligus sebagai tempat berkumpulnya umat Ibrahim. Namunupaya ini digagalkan oleh Allah dengan cara mengirim burung Babil yang menghancurleburkan mereka. (QS.Al-Fil.105;1-5)


Selanjutnya ketika kerajaan Saba mengalami kehancuran penduduknya berpindah (eksodus) ke wilayah jazirah Arabaia yang diantaranya tersebar di sekitar Madinah. Keadaan inilah yang selanjutnya membawa Madinah tempat Nabi Muhammad melanjutkan dakwahnya sebagai kota yang Heterogen.

D.    Dalam bidang pendidikan
Ialah ditandai oleh, keadaan di mana pendidikan atau Ilmu Pengetahuan hanya milik kaum Elit. Rakyat dibiarkan bodoh sehingga dengan mudah dapat disesatkan Akidahnya dan selanjutnya dengan mudah dapat diperbudak. Keadaan ini tak ubahnya dengan keadaan Bangsa Indonesia di bawah penjajah Belanda. Karena kebodohan inilah maka dalam kurun wktu yang cukup lama tidak di jumpai Bangsa Arab dalam keadaan Jahiliyah dalam arti tidak berilmu pengetahuan, maupun Jahiliyah dalam arti tidak mau mengikuti petunjuk yang dibawa utusan Tuhan.

E.     Dalam bidang Kebudayaan
Ditandai oleh keadaan masyarakat yang semata-mata mengikuti hawa nafsu Syahwat dan nafsu Duniawi. Mereka gemar melakukan mabuk-mabukan, foya-foya, berzina, berjudi, dan sebagainya. Mereka tenggelam dalam Dosa dan Maksiat, setiap Tahun mereka terkadang melakukan perta pora sebanyak 2 (dua) kali. Pada saat itu mereka melakukan tari-tarian di depan patung berhala, kemudian mabuk0mabukan dan terus Berzina.

2.3 Solusi Problematika Misi Ajaran Islam
Dari sejak kelahiran Islam sudah memiliki komitmen  dan respon yang tinggi untuk ikut serta terlibat dalam memecahkan berbagai masalah, Islam bukan hanya mengurusi Sosial Ibadah dan seluk beluk yang terkait denganya saja, melainkan juga ikut terlibat memberikan jalan keluar yang terbaik untuk mengawasi berbagai masalah tersebut dengan penuh bijaksana, adil, demokratis, manusiawi, dan seterusnya. Hal-hal tersebut dikemukakan sebagai berikut.
A.    Dalam bidang Sosial
Islam memperkenalkan  ajaran yang bersifat Egaliter atau kesetaraan dan kesederajatan antara manusia dengan manusia yang lainya. Satu dan lain sama-sama makhlik Allah Swt. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya masing-masing, orang yang memiliki kekurangan dalam bidang tertentu misalya ia memiliki kelebihan dalam bidang tertentu lainnya. kelebihan yang dimiliki seseorang bukan untuk digunakan sebagai alat untuk memeras yang lain. Yang paling mulia disisi Allah adalah mereka yang paling bertakwa[4]. Allah Swt berfirman: (QS.Al-Hujurat.49:13)


Selain itu, terdapat ajaran hormat menghormati, saling menasehati dan menyayangi. Allah Swt mengingatkan dan jika kepadamu diucapkan salam hendaknya engkau balas dengan yang lebih baik atau yang setimpa.
Rosulullah Saw mengingatkan:


B.     Dalam bidang Sosial
Yakni dengan menekankan adanya kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan, sebagai halnya kaum pria, kaum wanita dalam Islam memiliki kesamaan dan kesempatan dan peluang untuk mengaktualisasikan potensi yang ada pada dirinya.
Sedangkan dalam segi perbedaan hak yang diterima kaum wanita dan kaun pria, terjadinya tanggung jawab. Seorang pria bertugas memimpin keluarga, karena dari segi fisik kaum pria oleh Allah diberikan keadaan fisik yang kuat dari pada kaum wanita. Dengan kelebihan ini kaum pria berkewajiban menafkahi istri dan keluarga. Mengupayakan sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, melindungi, dan menjaganya dari berbagai gangguan.
Sedangkan kelebihan yang ada pada wanita adalah berupa sifat kasih sayang, kelembutan, kesabaran, ketelatenan, dan sebagainya. Hal inilah yang menyebabkan ia dapat melaksanakan tugas-tugas yang tidak bisa dilakukan oleh kaum pria, yaitu mengandung (hamil), menyusui, merawat bayi, mendidik dan mengawasi putra-putri, menjaga rumah tangga dan sebagainya. Pekerjaan ini tidak kalah dengan pekerjaan yang mulianya dengan pekerjaan kaum pria, karena menyangkut kelangsungan hidup manusia sebagai makhluk yang dimuliakan Tuhan.
Ajaran Islam yang seperti inilah yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Yaiyu ajaran yang bersifat Egaliter, Toleransi, Persaudaraan, Tolong menolong, nasehat menasehati, saling menjaga dan mengamankan.
Aspek sosial ajaran islam sedemikian penting sehingga harus dilakukan secara lintas Agama, Budaya, Bangsa, Negara, dan sebagainya. Untuk itulah Al-Qur’an membolehkan orang-orang mukmin menjalin hubungan kerja sama dengan golongan lain yang berbeda Akidah, denga syarat tidak memusuhi mereka yang Mukmin. (QS.Al-Mumtahanah.60:8-9)



Sejarah mencatat, bahwa Nabi Muhammad Saw manjalin hubungan baik dan dalam melalui perjanjian dengan kaum Yahudi di Khaibar, Wadil Qura, Fadak dan Taima (haikal,1990:423-425). Nabi juga membuat perjanjian yang menjamin kebebasan beragama dan keamanan umum bagi kaum Kristen di mana saja dan sepanjang zaman.

C.     Dalam bidang Ekonomi
Yakni yang bersendikan asas keseimbangan dan kemerataan. Dalam ajaran Islam orang diperbolehkan memiliki kekayaan tanpa batas, namun dalam jumlah tertentu dalam hartanya itu terdapat milik orang lain yang harus dikeluarkan dalam bentuk Zakat, Infak, dan Sedekah. Dengan cara demikian, makin banyak kekayaan seseorang makin banyak pula sumbangan yang harus dikeluarkan.[5]
Selain itu, Misi Ajaran Islam dalam bidang Ekonomi ini dapat dilihat dari perintah berdagang dengan cara yang jujur. Dengan cara seperti tidak mengurangi timbangan, penipuan atau tindakan lain yang merugikan konsumen. Diterangkan dalam Firman Allah dalam Surat Al-Isra.17:37


Lebih lanjut ajaran islam melarang keras melakukan Praktek Riba atau membungakan Uang yang menguntungkan secara berlipat ganda, tanpa memperhitungkan kemampuan orang yang meminjamnya. Praktek Riba merupakan tradisi dagang orang Yahudi ini dapat mengakibatkan terjadinya kesenjangan.
Firman Allah QS. Ali Imron.3:130


D.    Dalam bidang Pendidikan
Yakni ajaran Islam yang memberikan kebebasan kepada manusia untuk mendapatkan hak-haknya dalam bidang pendidikan. Islam menganjurkan belajar bersungguh-sungguh. Dan menuntut Ilmu dari buaian hingga ke liang lahat, serta melakukanya sepanjang hayat. Pendidikan dalam Islam adalah untuk semua. Pemerataan dalam pendidikan adalah merupakan misi ajaran Islam.

E.     Dalam bidang Kebudayaan































DAFTAR PUSTAKA


Nata Abuddin. Metodologi Studi Islam. RajaGrfindo Persada. Jakarta. 2014.



[1] [1] Abudin Nata, Metodolodi Study Islam, Jakarta, Rajawali Pers, cet.21, 2014. Hlm.97

[2] Ibid, Hal. 100.
[3] Abudin Nata, Metodolodi Study Islam, Jakarta, Rajawali Pers, cet.21, 2014. Hlm. 101.
[4] Abudin Nata, Metodolodi Study Islam, Jakarta, Rajawali Pers, cet.21, 2014. Hlm.103.
[5] [5] Abudin Nata, Metodolodi Study Islam, Jakarta, Rajawali Pers, cet.21, 2014. Hlm.106.

Komentar