Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2019

Sedikit Garis Lurus Cahaya Kegelapan

Sedikit garis lurus cahaya kegelapan Ajaran Islam memang luas sampai membudaya universal, wajar saja jika Islam dijuluki Islam Rahmatan Lilalamin, Islam yang penuh kedamaian, kerukunan, toleransi yang sesuai dengan asas PANCASILA. Berbicara tentang Islam memang tidak ada kata titik untuk setiap pembahasanya, karna Islam ialah garis lurus cahaya penerang pada kegelapan bagi pengikutnya. Islam masuk bukan hanya dari satu versi banyak versi lainya meski hanya satu Muhammad Saw lah yang menjadi rujukan, dan hanya Allah SWT Tuhan yang disembah. Beragam versi inilah yang membuat Islam terpecah, lalu apa bedanya Islam dengan Agama kepercayaan, toh sama-sama menyembah apa yang diyakini. Ehhh malah bahas Agama di Indonesia ini jadinya hehe, salah pembahan nihhh!!!  Tapi tenang tetap stay tune diblog medoku, bakalan rilis kok tulisanya wkwkwk. Karna Islam masuk bukan hanya dari satu orang yang menyampaikan, tapi banyak mulut yang ikut menyampaikan entah itu benar atau salah yang...

Speedometer Keimanan

Speedometer Keimanan Berilmu, cakap, ibadah tekun, ahli zikir, panutan, bisakah Tuhan menilai keimanan umatnya dengan kebaikan itu, semua itukan penilaian manusia dengan julukan ahli ibadah, ahli zikir dan sebainya itu, lantas bagaimana dengan Tuhan menilainya. Mungkinkah mereka yang jahat, pemabuk, menampakan auratnya, bodoh, pendosa, tidak berpendidikan, buta agama, semua yang jelek dimata manusia bisa menjadi speedometer penilaian keimanan Tuhan kepada umatnya.  Lalu bagaimana dengan pelacur yang menolong anjing kehausan dijalan, bukankah mereka juga mahluk yang menjijikan menurut penilaian manusia, tapi Tuhan memasukan mereka kedalam surganya. Manusia memang paling benar dalam menghakimi sesama manusia, tanpa melihat siapa pencipta yang memiliki kuasa akan rapot keimanan.  Sejauhmana perjalanan manusia yang disucikan manusia itu, sampai bisa membuat fatwa sendiri akan keilmuanya, memberikan penolakan untuk anak muda yang bodoh yang hanya lulus TPA (Tempat...

Pergerakan miris dengan waktu

Pergerakan miris dengan waktu Perbaiki dulu tanahnya baru bisa subur pergerakanya. Berapa banyak waktu yang terbuang hanya untuk menunggu, katanya menunggu itu melelahkan, buktinya jadi kebiasaan. Miris sekali pergerakan ini selalu mengadakan agenda-agenda besar dengan konsepan waktu yang matang kembali menjadi nyadam, inikah kultur pergerakan yang katanya mengandalkan intelektual dalam berfikir. Warga kecil sebesar apapun usaha membuat agenda besar, dengan konsepan matang, dengan waktu yang sudah ditentukan, bahkan surat undangan sudah diedarkan, seminggu sebelum hari H dilaksanakan, tetap saja waktu kedatangan akan terlambat, bukan lagi lima, sepuluh, atau tigapuluh menit bisa melambat sampai satu atau dua jam lamanya. BBayangkanmbagaimana mudahnua merubah konsep tanpa perhitungan. Siapa sebenarnya dalang yang menceritakan melambatnya waktu sampai menjadi kebiasaan dari generasi kegenerasi atau memang sekarang sudah jamanya generasi rebahan yang terlalu membuat bermanjany...