Mahasiswa Plagiat ttd Dosen
Hello apribadehhh.....
Selamat pagi, siang, sore, malem menyesuaikan kalian yang lagi membaca tulisan ini yahhh, jangan serius dulu lahh di opening (haaha).
Biar rileks juga ini penulis, menulis kisah nyata dari mahasiswa pengejar ttd dosen yang berujung melanggar kode etik kampus (widihhh nekat,,parah ini mahasiswa haha).
Ada seorang mahasiswa semester pertengaha, tidak MABA “Mahasiswa Baru” tidak juga MABA “Mahasiswa Basi”, yaa itulah dia ciri dari pelaku plagiat ttd dosen itu, terbayang dong bagaimana diposisi dia, bingung kesana kemari mencari solusi, bagai mana caranya mendapatkan ttd dosen (you now lah ya bagaimana dosen kalo mau ditemui, apa lagi dimintai ttd, kayak harganya triliunan rupiyah, tapi emang iya haha).
Btw belum dikisahin ya kenapa dan untuk siapa ttd itu, baiklah diteruskan membacanya. Saat dimasa liburan akhir semester kampus biasa memberi informasi tentang pendaftaran beasiswa, atau pendaftaran pembelajaran diluar kampus lainya (yang banyak itulohh persyaratanya hmm), sudah pasti akan membutuhkan surat perijinan, rekomendasi, atau surat persyaratan lain yang membutuhkan ttd dosen terkait.
Sudahh mulai terbayang kan ceritanyaaaaa...
Iya untuk memdapatkan ttd dosen itu susah gaes, dateng kekampus masuk ruangan dosen yang dicari tidak ada, harus konfirmasi atau mengatur janji terlebih dahulu, sudah dikonfirmasi yang terkait lagi tugas kesana, kemari, kesitu, yaa kunjunganlah, yang lainlahh, alhasil ttd pun kosong dikertas yang dibuat dari mengikis kayu yang tumbuhnya menunggu bertahun-tahun untuk besar dan bisa digunakan untuk membuat kertas.
Mau dibuang kok sayang kertas ini mengingat kayu-kayu dihutan makin sedikit (perang perasaan sipelaku ttd dosen) terus berfikir dipojokan kampus sambil melihat tingginya gedung-gedung tinggi untuk memfasilitasi mahasiswanya belajar dengan nyaman. Tercetuslah sebuah ide “kenapa enggak aku aja yang ttd dikolom pojokan itu, tohh udah sering juga minta ttd terkait kayaknya kayak gini ttd beliau” hemm ide yang bagus sekali haha.
Paling juga enggak diperiksa kok kata sipelaku (halah halah apa yang kamu fikirkan), dengan percaya diri masuk ruang akademic kampus dengan membawa ttd plagiat untuk syarat pemberkasan yang banyak itu, sampailah pada giliran pelaku maju memberikan berkas (jeng jeng apakah yang terjadi) dilihatlah ttd plagiat itu lumayan lama oleh petugas cantik menurut sipelaku, sempat berdiskusi sipetugas cantik dengan rekan disebelahnya berbisik-bisik entah apa yang dibicarakan, dengan hati yang berdebar-debar harap tidak ketahuan.
Setelah menunggu diskusi itu berhenti, dengan suara lembuat petugas cantik bertanya “ini ttd siapa yaa??? Hayo jujur (senyum manisnya tidak ketahan katanya haha).
Tak mampu mengelak lagi akhirnya sipelaku mengakui kesalahannya, setelah lama mencoba meyakinkan petugas cantik (dasarr liat yang bening langsung luluh), tidak berkata banyak petugas tersebut katanya, mungkin karna sudah banyak sebeluam sipelaku ini berbuat demikian, yaa benar, memang sudah banyak, akhitnya diminlah ia membuat surat peryataan diatas matrai untuk tidak mengulang lagi kesalahanya dan meminta ttd resmi dari dosen yang diplagiat (hemm makin rumitkan kapok haha) dan teryata benar saat membuka file yang diberikan sudah banyak mahasiswa lain yang berbuat demikian.
Sebegitu mirisnya kah sipelaku ini sampai berbuat tindakan yang melanggar kode etik kampus, atau apakah dosen yang terkait susah ditemui. Bagaimanapun yang kecil tetap yang bersalah (yang sabar pelaku, penulis juga ikut simpati dengan kisahmu ini).
Siang malam sipelaku memikirkan perbuatannya, alangkah bodohnya aku berbuat denikian, sama saja aku mencoreng ajaran dan marwah orang tua, belom lagi namuku juga jelek dimata dosen. Padahal ini kali pertana aku demikian, sedangkan teman sekelas menitipkan apsen ttd aku tidak mau, karna takut dengan peraturan atau kode etik dikampus, yaitulah perasaan bersalah yang menghantui sipelaku.
Lalu bagaimana keputusan sipelaku akankah memberanikan diri untuk mengakui kesalaanya, dengan menghadap dosen yang bersangkutan.
Tunggu cerita lanjutnya, staytune diparagraf selanjutnya, karena asiknya menulis cerita sipelaku ttd dosen sampai lupa ada jam bimbingan, huff telat satu jam lagi, bakalan diomelin dahh, mana ada dosen nunggu mahasiswa wkwkwwk.
Lanjutt yukkk...
Setelah berfikir panjang, akhirnya sipelaku mengambil keputusan yang sangat berani, yaitu untuk menemu dosen yang terkait, karna dia berfikir “ini kesalah ada padadiriku maka aku akan mempertanggung jawabkan semuanya, entah aku akan dimarahi atau bahkan tidak akan dapat ttd oleh dosen terkait, yang terpenting niat untuk meminta maaf atas perbuatan yang memalukan ini”. Mungkin Tuhan sudah bersama sipelaku hanya sekali konfirmasi bersama dosen terkait langsung bertemu dengan beliau yaitu dosen terkait, yang tadinya berhari-hari sipelaku menunggu, untuk kesempatan ini bertemu langsung tanpa menunggu lama.
Apa yang dikatakan sipelaku didalam ruangan bersama dosen, apa lagi jelas mengakui semua kesalahanya dan meminta maaf atas ketidak sopanannya untuk memplagiat ttd dosen terkait, keajaiban dan mungkin berkah yang didapatkan oleh sipelaku. Tidak banyak bercakap dengan dosen terkait, kemungkinan yang terkait memaklumin imbuhnya. Hanya nasehat yang diberikan “bukankah kamu mengetahui kode etik yang ada dikampus ini, betapa beratnya sangsi yang diberikan apabila melanggar kode etik” imbuh dosen terkait. “iya disini saya bersalah kejadian tersebut saya melupakan kalau dikampus ini memiliki kode etik yang mesti dipatuhi”sipelaku.
Sampai pada akhirnya sebagai sangsi ringan sipelaku diminta oleh dosen terkait untuk membantu membereskan file mahasiswa yang berada dikantornya, dan teryata itu luar biasa buanyak sekalee (hahaha) mau bagai mana lagi itu syarat jika ingin dimaafkan. Kurang lebih ada tiga jam sipelaku diruangan itu dengan sabarnya membereskan berkas file pengajuan judul mahasiswa. Tapi dengan itu sipelaku justru belajar banyak dengan melihat judul-judul yang dibuat oleh senior-senior diatasnya, yahh ada musibah ada berkah gitu aja enak ngomongnya (hahaha).
Karna kejadian itu pulalah sipelaku mulai dekat dengan dosen terkait mungkin hari ini dan selanjutnya semua akan dikonsultasikan olehnya. Sampai makan siang bersama diruangan yang sama, yaa sebenernya kebetulan jam makan siang pluss sipelaku sudah membantu meringankan pekerjaan dosen terkait membereskan file yang menumpuk itu “mungkin kamu ini dikirim Tuhan emang untuk membereskan masalah berkas file yang menumpuk disini, lewat kejadian yang kamu buat” imbuh dosen terkait. (haha pingin ketawa tapi didepan sipenulis ada sipelaku yang bercerita panjang lebar, jadi ketawanya disini aja yaa hahahahahahah).
Oke sipenulis ambil kesimpulan deh untuk kejadian ini biar ada kata bijaknya, enggak cerita kayak diatas, dan semoga bermanfaat hehe.
Setiap kejadian yang kita lewati percayalah ada hikmah dibaliknya, dengan catatan iklas menjalaninya. Kita bisa belajar banyak dari sipelaku akan kesalahan yang ia perbuatan bahwa ttd itu memiliki harga yang tidak murah bahkan memiliki marwah, meski hanya coretan yang bisa dibuat selama 1-2 detik, tapi masa dan gunanya sangat lama bahkan mampu membantu dan menjatuhkan itulah ttd (tanda tangan).
Jangan pernah bermain-main dengan ttd meski atas nama teman terdekat, jika disalah gunakan maka akan berujung menjatuhkan. Dan disetiap kejadian hidup adalah pendewasaan diri bukan untuk dihindari tapi melatih diri mampukah kita melewatinya, bukankah Allah menguji umatnya sesuai dengan kemampuanya. Dengan satu kunci iklas menjalani setiap permasalan hidup, kuliah ini masalah sebenernya, (haha) mau maunya pusing dengan tugas, tapi disitulah kita memperoleh pengetahun, melatih skill lewat orang-orang yang sudah profesional dalam bidangnya. Masalah juga kuliah bukan untuk mencari kerja, emangnya dengan kuliah bisa menjamin pekerjaan, yang kuliah saja bisa jadi kuli, yang tidak kuliah bisa jadi prenersip dengan jabatan tinggi, kuliah bukan Cuma IPK tapi juga pelajaran hidupnya.
Semoga tulisan ini menjadi cerminan bagi mahasiswa diseluruh Indonesia bahkan Dunia, jangan pernah terjadi pada kalian ya gaes, cukup sipelaku saja hehe. Oiya tulisan ini sudah memperoleh izin dari sipelaku dan juga narasumber penulis, dan memang ide dari sipelaku juga agar dipublikasikan agar kejadian ini bermanfaat bagi orang lain. Wahh sungguh mulia sekali hati sipelaku ini dan mohon maaf penulis dilarang menyebutkan nama universitas, nama dosen, dan sipelaku tersebut. Cukup nama penulis aja dah yang terkenal hehe.
Semoga bermanfaat yaaa...
Medokuu.
280120(14.58)
Komentar
Posting Komentar