Perjalanan malam bersama Ayahanda tercinta mencari nasehat motivasi yang tidak bisa diukur dengan jumlah finansial belaka, dari tokoh-tokoh besar desa tercinta. Ada yang membuat fikiran ini mulai terbuka saat beliau bercerita perjalanan hidup, berproses dibangku perkuliahan, beliau adalah sang pelopor anak muda dijaman milenial, sudah berumur tapi memiliki semangat muda (hehehe) bangga dong yang pernah mendapat wejangan oleh beliau secara langsung, apalagi bisa bertemu berdiskus tatap muka setiap hari. Betapa keindahan yang luar biasa saat melihat rona wajah yang bersinar bagai cahaya, yang menentramkan hati dan fikiran.
Meski sempat curiga sebenarnya seperti apa keyakinan beliau ini (sang pelopor), sampai menjadi kontroversi dimasyarakat (dahulu), karna yang terjadi dimasyarakat, demikian saya pun juga termasuk didalam orang-orang yang sempat membenci beliau, malu sebenarnya jika bertatap muka dengan apa yang pernah saya perbuat dulu kepada beliau. Jika waktu ini bisa diputar pasti saya tidak akan mau berfikir demikian kepada (sang pelopor), tapi Allah mempunyai cara lain dengan kejadian memaluka (menurut saya) kami justru dipertemukan diberbagai kegiatan, baik sosial maupun keagamaan. Saya hanya bisa menunduk malu melihat keteguhan dan kesabaran beliau, dan berusaha memandang dari kejauhan rona wajah yang bersinar dan menyejukan hati.
Teryata dibalik layar tersebut beliau memang sengaja menutupi kebenaran, beliau justru lebih suka dipandang orang biasa yang tidak tahu apa-apa, lucunya lagi beliau suka dipanggil "bocah kemaren sore" (hehehe). Membuktikan kelapangan hati dan kesabaran dari beliau (sang pelopor), jarang sekali orang yang memiliki sifat seperti beliau dengan sabar iklas dengan cacian dan hujatan sampai dengan krisis kepercayaan dari masyarakat. Sampai pada akhirnya alam dan semesta denga ijin Allah Swt, dibukaan pintu kebenaran dihati masyarakat termasuk saya, yang sempat melontarkan naskah kebencian. Sampai sekarang beliaulah panutan dan guru kami.
Nasehat-nasehat malam tadi yang saya selalu ingat, jangan pernah terprofokasi dengan orang-orang yang sudah mencurigakan pergerakanya, terutama dibidang keagaam carilah yang selalu terbuka. Sudah benar, semua kegiatan dipublikasikan selaknya kita mengikuti arus jaman milenial, bukan ingin sombong tetapi dengan niatan memotifasi teman-teman yang lain bahwasanya kita bergerak dengan terbuka, bukan dengan cara sembunyi-sembunyi yang mengakibatkan kesalah pahaman dikalangan masyarakat nantinya.
Sempat berfikir kenapa beliu bisa memberi nasehat demikian, ternyata beliau pernah menjadi aktivis kampus pada tahun 1989, beliau bercerita sempat geram dengan aksi mahasiswa saat ini, rasanya ingin turun kejalan kembali (hehe) kalau saja tidak ingat sudah punya anak dan istri sudah turun kejalan saya. Karna kejadian aksi mahasiswa ditahun 1989 itulah beliau menjadi buronan aparat kepolisian karena ikut andil dalam aksi mahasiswa 1989. Sampai pergi keluar daerah satu kedaerah lainya hanya agar tidak terhendus jejaknya.
Hingga pada saat terakhir datang disuatu daerah persisnya pondok pesantren, yang sebelumnya notabene (sang pelopor) juga seorang santri, maka tidak asing lagi dengan dunia pesantren. Hingga bertemulah sang pujaan hati sang khumairoh, sang ibu dari anak-anak beliau. Wanita yang juga menjadi pelopor dalam kehidupan saya, bagaimana kelembutanya, kesabaranya, ketegasanya, sampai sikap kesigapan beliau menghadapi cobaan bersama suami tercinta. Ingin rasanya bisa mempunyai keluarga seperti beliau ini (sang pelopor) motifator bagi anak muda milenial.
Sudah benar, bagaimanapun kesuksesan yang seseorang dapat saat ini tidak mudah mengedipkan mata, ada kalanya susah dan menjerit atas penderitaanya. Meski demikian hanya Allah yang menentukan nasib seseorang "tawakal", bagaimana kita bisa menggapainya "ikhtiar", rubah meinset kegagalan, dan ketidak berdayaan diri. Percaya bahwa saya bisa melampoui batas. Terus berfikir positif untuk diri sendiri, jangan pernah jatuhkan harga diri hanya karena melihat kejayaan orang lain, terus inropeksi diri.
Tulisan ini saya persembahkan untuk sang pelopor, sang motifator bagi anak muda milenial, meski tak bersimbol namun membekas dihati. Terkadang memang benar mutiara tidak selalu tersimpan indah dicangkang nya, adakalanya tersimpan ditengah dalamnya lumpur kehidupan.
29/09/19
(15:20)
Komentar
Posting Komentar