Korona Dan Jiwa Santuyy
Warga Negara Berflower
Awal memasuki tahun 2020 ini Virus Korona menjadi topik pembicaraan Dunia, entah cara apa yang membuat Virus tersebut viral dimasyarakat, tidak butuh pencitraan lagi untuk menjadi tenar hehehe. Dari anak-anak, remaja, dewasa, bapak-bapak, emak-emak, aktivis, politikus, pemuka agama semua membicarakan Virus Korona, sangking viralnya televisi tidak henti-hentinya memberi Briking News Korona, sampai dibuatkan kode scan untuk memberi data terbaru Korona.
Indosesia sebagai masyarakat berflower juga memiliki cara sendiri untuk memfiralkan Virus Korona dengan candaan khas +62 (Indonesia), dengan membuatkan papan iklan sosialmedia “Mau liburan gratis tanpa dipungut biaya, kami memberikan jasa liburan gratis keluar Negri yaitu kota Wuhan China selama 3 hari 3 malam”. Bukan +62 namanya jika tidak membuat lawakan seperti ini dibalik wabah Virus Korona yang melanda Wuhan, namanya juga Negara santuyyy.
Adalagi emak-emak yang syok berat akibat harga sembako yang mulai meroket akibat Virus Korona, ucap sipenjual sayur, ini namanya memancing kemarahan singa betina hahaha. Tau sendirikan emak-emak gimana sibuknya kalo soal tawar menawar sembako dipasar, itu saja masih diharga yang setandar, apakabar dengan harga sembako yang mulai mahal “bayangin sendiri dahh yaa aku tak sanggup lagii haha”.
Jauh dari emak-emak yang ngedumel dibelakang, salut dengan dunia kesehatan yang setia merawat saudara kita di Wuhan “Wuhan Chayoo” artinya Semangat Wuhan, dengan pengamanan yang lengkap dengan setia dan sabar mengobati pasien yang terjangkit Virus Korona, padahal tidak menutup kemungkinan akan tertular Virus Korona, yang kabarnya dengan bersentuhan saja mampu menularkan Virusnya.
Tapi dibalik semua kejadian Virus Korona membuka mata kita sebagai manusia agar lebih waspada dengan kesehatan terutama kebersihan lingkungan, atau kebersihan didalam diri kita sendiri, menjaga pola makan. Tidak melarang mengonsumsi makanan ekstrim seperti yang dikabarkan oleh Briking News “banyak warga Wuhan yang memakan Tikus, Kelalawar,atau Ular berbisa, dll” makanan yang menurut saya sebagai warga +62 itu tidak lazim, kemungkinan dikota Wuhan sudah biasa dikonsumsi dan dengan jangka panjang memiliki efek samping yang demikian menjadi Virus yang mematikan.
Dari Virus Korona kita juga bisa mengambil sisi positif sebagai umat beragama terutama Islam yang sudah mengatur sedemikian istimewa makanan yang lazimnya dinikmati dan memiliki efek samping menyehatkan dan enak pastinya memanjakan lidah hehe. Seperti hukum Negara, hukum Islam juga memberikan hukum yang wajib (diperbolehkan) dan mana yang diharamkan (tidak diperbolehkan) dalam konteks makanan konsumsi.
Virus Korona menjadi hal yang sangat diperhatian WHO saat ini dan candaan masyarakat berflower diatas bukan untuk memojokan Wuhan sebagai Kota yang terjangkit Virus Korona, melainkan untuk memberikan peringatan untuk warga Indonesia khususnya seperti yang saya bilang diatas “warga berflower” berwarna otomatis mereka berbeda cara menangkap informasi. Ada yang suka dengan berita serius dengan data-data lengkap, ada juga dengan candaan yang berujung kekepoann warga +62 untuk menyimak berita, sebenarnya cara alternatif agar warga akan sadar untuk mendengar, melihat, atau membaca berita, dan agar bisa bahagia hahaha kan masyarakat santuyy.
Sikapi saja kejadia Korona ini dengan sikap dewasa yang membuat wawasan dan pemikiran yang fositif agar terhindar dari isu-isu yang membawa kita pada hal-hal buruk yang berakibat dengan Demonstran, Ekstrimisme, dan ketegangan pemikiran yang berakibat setres berlebihan hehe. Santuyy gann dalang kehidupan sedang memainkan wayangnya nikmati saja dengan pemikiran positif.
Medokuu.
10022020
Komentar
Posting Komentar